Senin, 02 Desember 2013

jajanan cilok mengandung bahaya

Hai, Sahabat, Tips Kesehatan. Jika Anda sering mengantar anak atau adik ke sekolah, Anda pasti melihat pedagang kaki lima berjajar di sana. banyak menjajakan aneka produk buatan sendiri yang harganya sangat bervariasi.

Ada yang murah, ada juga yang mahal, apalagi yang disasar anak-anak sekolah dengan uang jajan yang tidak terlalu banyak jumlahnya. Keinginannya, adalah supaya barang dagangannya diserbu dengan laris manis dan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda.

Salah satu jajanan sekolah yang menarik minat anak-anak ataupun orang dewasa disebut dengan ‘cilok’. Bentuknya sekilas sama dengan bakso, cuma saja bentuknya sangat kecil sekali dan dihargai Rp 100 setiap butirnya.

Bisa Anda bayangkan bukan, dengan harga Rp 100, dari mana keuntungan si penjual? Dan, bahan utamanya apa saja yang dipakai oleh penjual untuk memasak dagangannya?

Bebahan dasar daging, dan tepung, seharusnya cilok tidak dijual terlalu murah. Harga daging saja saat ini sangat tinggi, tentunya seorang pedagang bisa rugi apabila menjualnya terlalu murah. Dikumpulkan dari berbagai sumber, berikut ini adalah bahan berbahaya yang selalu digunakan oleh pedagang dalam membuat ciloknya.

•    Saus

Apabila si pedagang tidak membuat saus sendiri, cenderung ia membeli saus dari pedagang lain. Yang pastinya dipilih saus yang harganya paling murah. Sayangnya, saus yang harganya murah ini tidak dibikin dari bahan-bahan yang sehat. Pewarnanya memakai pewarna takstil yang murah dan bisa menjadikan saus berwarna merah cerah.

•    Boraks

Boraks ini selalu digunakan pada pembuatan bakso ataupun cilok untuk membuat cilok lebih kenyal dan disenangi anak-anak. Semakin kenyal dan awet, semakin untunglah si pedagang. Jika hari ini tidak laris banyak, besok bisa dihangatkan kembali dan dijual dengan bentuk yang masih segar.

•    Menggunakan plastik untuk gorengan

Melengkapi bentuk bakso mini tersebut, seringkali dibikin pula bakso goreng atau siomay goreng berbentuk mini. Supaya dia awet dan tetap crispy, menggorengnya dicampur dengan plastik.

•    Formalin

Sulawesi Selatan, dan dari razia tersebut dijumpai banyak jajanan berupa cilok BPOM melakukan razia jajanan terhadap sejumlah sekolah di Kabupaten Bone, banyak mengandung formalin.

Kecurangan ini dilakukan dengan motif yang serupa, supaya dagangannya bisa tahan lama selama beberapa hari sehingga masih bisa dijual lagi jika belum habis.

•    Tusuk bambu

Tusuk bambu yang dipakai oleh pedagang cilok, tidak selalu tusuk bambu yang bersih dan baru. Biasanya, mereka bisa mengumpulkan bekas-bekas tusuk kembali, tidak dibuang. Mereka mencuci bersih dan mencucinya dengan pemutih sehingga kelihatan seperti baru, lalu dijemurnya.

•    Pewarna

Pewarna makanan harganya lumayan mahal, itulah kenapa para pedagang cilok tidak memakai pewarna makanan untuk mempercantik dagangannya. Biasanya, mereka menambahkan pewarna pakaia supaya saus yang mereka gunakan lebih merah merona serta menarik minat pembeli anak-anak.

Sekian banyak bahan pada cilok ternyata tidak ada yang benar-benar sehat. Apakah Anda percaya untuk membiarkan anak-anak atau keluarga Anda mengkonsumsi jajanan yang bisa merugikan kesehatan itu?

Mohon maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan karna kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT dan Andra n Backbone.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar